Dari
mana asalnya HIV?
Tidak
ada seorang pun yang tahu asal HIV,
cara kerja yang sesungguhnya atau bagaimana HIV dapat diberantas dari
tubuh seseorang. Di setiap negara, waktu laporan infeksi HIV pertama muncul,
orang menyalahkan kelompok yang sudah terpinggirkan (dan oleh karena itu pada
umumnya lebih mudah diserang infeksi HIV, karena kemiskinan dan tidak
terjangkau oleh layanan dan informasi). Biasanya yang disalahkan adalah orang
‘dari luar’ atau yang penampilannya atau perilakunya ‘berbeda’. Semua itu
membawa masalah saling menyalahkan dan prasangka. Artinya juga bahwa banyak
orang menganggap bahwa hanya orang dalam kelompok ini berisiko tertular HIV dan
bahwa ‘itu tidak mungkin terjadi pada saya.’ Ketidakpastian mengenai asal
usulnya HIV dan siapa yang terpengaruh oleh HIV juga membuat orang bahkan siap
menyangkal bahwa HIV sebetulnya ada di antaranya.
Tes HIV menemukan antibodi terhadap HIV
dalam darah. Antibodi itu dibuat oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi
terhadap infeksi oleh virus tersebut. Apabila tidak ada antibodi, seseorang
disebut sebagai antibodi negatif (seronegatif atau HIV-negatif). Hasil tes
dapat negatif (atau disebut ‘non-reaktif’) apabila seseorang baru saja
terinfeksi, karena setelah terinfeksi pembentukan antibodi makan waktu sampai
tiga bulan. Masa antara infeksi dan terbentuknya cukup banyak antibodi untuk
menunjukkan hasil tes positif disebut ‘masa jendela’.
Bila
hasil tes HIV adalah negatif, tetapi yang bersangkutan sudah berperilaku
berisiko terinfeksi HIV dalam tiga bulan sebelum dites, dia mungkin masih dalam
masa jendela, dan hasil tes mungkin tidak benar. Oleh karena itu, dalam keadaan
ini, orang tersebut harus dites ulang, paling cepat tiga bulan setelah
peristiwa berisiko terakhir.
Kalau
kita berminat untuk melakukan tes HIV, kita harus diberikan penyuluhan
(konseling) sebelum dan setelah tes HIV. Tes HIV tidak boleh dilakukan tanpa
persetujuan berdasarkan informasi lengkap (informed consent) dari yang
bersangkutan.
HIV
terdapat di darah seseorang yang terinfeksi (termasuk darah haid), air susu
ibu, air mani dan cairan vagina.
- Pada saat berhubungan seks tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah, air mani atau cairan vagina orang yang terinfeksi langsung ke aliran darah orang lain, atau melalui selaput lendir (mukosa) yang berada di vagina, penis, dubur atau mulut.
- HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV; saat ini darah donor seharusnya diskrining oleh Palang Merah Indonesia (PMI), sehingga risiko terinfeksi HIV melalui transfusi darah seharusnya rendah, walau tidak nol.
- HIV dapat menular melalui alat suntik (misalnya yang dipakai secara pergantian oleh pengguna narkoba suntikan), melalui alat tindakan medis, atau oleh jarum tindik yang dipakai untuk tato, bila alat ini mengandung darah dari orang yang terinfeksi HIV.
- HIV dapat menular pada bayi saat kehamilan, kelahiran, dan menyusui. Bila tidak ada intervensi, kurang lebih sepertiga bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu dengan HIV akan tertular.
HIV
agak sulit menular, dan tidak menular setiap kali terjadi peristiwa berisiko
yang melibatkan orang terinfeksi HIV. Misalnya, walau sangat berbeda-beda,
rata-rata hanya akan terjadi satu penularan HIV dari laki-laki yang terinfeksi
pada perempuan yang tidak terinfeksi dalam 500 kali berhubungan seks vagina.
Namun penularan satu kali itu dapat terjadi pada kali pertama.
Risiko penularan
HIV dari seks
melalui dubur adalah lebih tinggi, dan penularan melalui penggunaan jarum
suntik bergantian lebih tinggi lagi. Risiko penularan dari seks oral lebih
rendah, tetapi tetap ada.
HIV
hanya dapat hidup di dalam tubuh manusia yang hidup dan hanya bertahan beberapa
jam saja di luar tubuh.
- HIV tidak dapat menular melalui air ludah, air mata, muntahan, kotoran manusia dan air kencing, walaupun jumlah virus yang sangat kecil terdapat di cairan ini. HIV tidak ditemukan di keringat.
- HIV tidak dapat menembus kulit yang utuh dan tidak menyebar melalui sentuhan dengan orang yang terinfeksi HIV, atau sesuatu yang dipakai oleh orang terinfeksi HIV; saling penggunaan perabot makan atau minum; atau penggunaan toilet atau air mandi bergantian.
- Perawatan seseorang dengan HIV tidak membawa risiko apabila tindakan pencegahan diikuti seperti membuang jarum suntik secara aman dan menutupi luka.
- HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga pengisap darah yang lain. Kebanyakan serangga tidak membawa darah dari satu orang ke orang lain ketika mereka menggigit manusia. Parasit malaria memasuki aliran darah dalam air ludah nyamuk, bukan darahnya.
Yang
dimaksud adalah melakukan sesuatu yang membawa risiko tinggi terkena infeksi
pada dirinya atau orang lain. Kita biasanya tidak tahu siapa terinfeksi HIV dan
siapa yang tidak, jadi kegiatan berikut termasuk berisiko tinggi:
- berhubungan seks dengan memasuki vagina, dubur atau mulut tanpa memakai kondom. Laki-laki dengan HIV dapat menulari baik pasangan laki-laki maupun perempuan saat berhubungan seks melalui dubur tanpa perlindungan
- memakai jarum suntik dan semprit (insul), atau alat tindakan medis yang tidak steril, yang mungkin tercemar oleh darah orang lain, baik pada dirinya maupun orang lain
- menerima transfusi darah yang terinfeksi
Seks
yang lebih aman adalah setiap hubungan seks yang tidak berkaitan dengan air
mani, cairan vagina dan darah yang masuk tubuh orang lain atau menyentuh kulit
terluka, misalnya:
- kegiatan seks tanpa penetrasi – dengan merangsang alat kelamin kita atau pasangan kita (onani), seks paha, memijat atau mencium
- memakai kondom dengan pelicin berbahan dasar air (misalnya KY Jelly atau Pelicin Sutra, dari awal sampai akhir waktu berhubungan seks melalui vagina atau dubur
- risiko seks oral (kontak mulut dengan alat kelamin laki-laki atau perempuan) lebih rendah dibandingkan hubungan seks dengan penetrasi vagina atau dubur tanpa kondom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar